Setiap Asa Bertabur Nikmat, Miskin Jangan Lama-lama
Kemiskinan
sebenarnya memberikan Manfaat besar bagi yang bisa mengambil manfaatnya. Miskin
itu sendiri bukanlah sesuatu yang menyengsarakan. Kalau Kau percaya Miskin itu
tidak akan terus selamanya. Kata mereka kalau terpaksa. Miskin ya Jangan
Lama-lama. Kita bisa menikmati kemiskinan itu meski kita tidak senang
dibuatnya. Meskipun miskin itu sesuatu yang tidak enak, tetapi ia mampu
memberikan manfaat yang tidak ternilai harganya. Sesungguhnya, sungguh menarik
kalau kita meng eksplore kehidupan manusia yang merasa kurang beruntung. Manusia-manusia
miskin. Pengalamanku mengatakan menjadi Miskin itu sesungguhnya adalah sebuah Kesempatan.
Karena tidak semua orang bisa merasakannya. Boleh dikatakan hampir semua
manusia bisa melewatinya. Tapi kenapa mereka tetap miskin? Ya itulah
persoalannya.
Karena mereka ternina bobokkan oleh kemiskinan itu sendiri.
Mereka jadi terlena. Mereka tidak mencari jalan keluar dari kemiskinan itu.
Sebagian dari mereka, memang karena tidak tahu jalannya. Mereka memang tidak
tahu jalan kehidupannya. Sehingga mereka seolah-olah terlihat tidak punya Mau.
Tidak jelas apa Maunya. Manusia yang tersesat ke kehidupan yang TIDAK DIA
INGINI. Mereka bisa jadi lupa. Kita mencoba mengingatkan, bahwa Dunia ini sudah
lama ada dan jutaan ragam kehidupan sudah pernah ada dan sudah dirasakan oleh
umat umat sebelumnya. Jadi menjadi miskin itu bukanlah hanya milik kita saja,
bukan hanya milikmu saja, miskin itu universal ada dimana-mana. Contoh orang
sukses dan kaya sangat banyak, malah banyak sekali.
Begitu juga contoh
orang-orang miskin jumlahnya jauh lebih banyak lagi. Kau tinggal milih seperti
orang mana yang kau sukai. Orang kaya seperti apa impianmu. Maka contohlah ia.
Bangun kehidupan barumu seperti ia membangun kekayaannya. Tentu tidak bisa sama
persis, tetapi percayalah kalau kau mencobanya, nikmatnya akan kau rasakan. Pada
kesempatan ini, kita akan memotivasimu
untuk MELAKUKAN ASA, untuk melakukan sesuatu upaya untuk menjadikan hidupmu
bisa kaya atau senang. Kalau kau sudah berada pada jalan yang benar, maka dalam
prosesnya saja kau sudah bisa menikmati kebahagiaannya. Lebih lagi kalau sudah
berhasil. Senangnya full.
Baca Juga : Cara Nyeleneh SukSes Jadi Affiliate Marketing
Hidup
bahagia dan sejahtera dimulai dari keberhasilan menemukan TUJUAN HIDUP &
menikmati PANGGILAN kehidupan sepenuh hati. Untuk itu kau perlu menemukan dan
mendeklarasikan Apa sebenarnya Tujuan HidupMu. Dapatkah kau memadukan atau menyelaraskan KEINGINAN, MINAT, BAKAT, DAN TUJUAN HIDUP itu
sendiri. Kalau kau bisa merumuskannya dan sekaligus mendeklarasikannya, maka
itulah jalan mulus menuju kehidupan yang enak di dunia dan bahagia di akhirat.
Percayalah.
Perjalanan hidup manusia melewati berbagai fase. Dari mulai bayi yang hanya
minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja. Selanjutnya menjadi
dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama
antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja
menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal malah ketika
masih dalam kandungan, ada juga pada saat masih bayi, sebagian lagi saat masa
anak-anak, sebagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya
ketika sudah tua bahkan sudah lama jadi pikun.
Banyak
orang lalai tentang DIRINYA SENDIRI, tidak tahu tentang bakat alaminya, tentang
tujuan hidup atau cita-citanya dan hanya menjalaninya begitu saja. Padahal mengetahui
tujuan hidup serta tahu bakat bawaannya punya peran penting bagi keberhasilan hidup itu sendiri. Bukan hanya
mencari harta, mencari pasangan, dan meraih cita-cita.Tujuan hidup manusia
memiliki esensi lebih dari itu. Salah satu tujuan hidup yang populer adalah
menjadi bahagia. Sudah pasti semua manusia ingin merasakan kebahagiaan.
Perasaan bahagia itulah yang selama ini membuat manusia mampu bertahan hidup.
Untungnya Bahagia itu ada dimana-mana artinya dia bukan milik orang kaya saja
tetapi bisa juga dinikmati orang miskin. Untuk bisa mencapai tujuan hidup
seperti bahagia, manusia akan dihadapkan dengan banyak pilihan. Pilihan yang mampu menunjukkan jalan manusia
menemukan tujuan hidupnya seperti meraih kebahagiaan dalam hidup. Kebahagiaan
setiap manusia di dunia berbeda-beda. Tetapi setiap upaya untuk mencapai tujuan
hidup itu bila dilakukan dengan benar, maka dalam prosesnya saja sudah bisa
dirasakan nikmatnya. Setiap Asa Bertabur Nikmat.
Mari saya perkenalkan sebagaian dari pendekar Kemiskinan
itu. Saya suka Dahlan Iskan. Saya suka bukan karena keberhasilannya membangun
Jawa Pos, atau karena keberhasilannya di dunia bisnis hingga jadi Menteri
Negara. Dari penglihatan saya itu semua adalah efek samping dari
keberhasilannya “menuntaskan kemiskinan” yang menderanya sejak lahir.
Pergumulannya dengan kemiskinan berlangsung sejak dia lahir hingga menjadi
“reporter” surat kabar lokal di Samarinda. Bayangkan, meski masih sebagai
Reporter, tapi ia berhasil tercatat sebagai mahasiswa di dua universitas, IAIN
dan Univ 17 Agustus dan juga berumah tangga.
Kemiskinan telah membuatnya bisa melihat dunia apa
adanya. Kalau kau berusaha pasti ada hasilnya. Hasilnya? Ya tergantung kualitas
usahamu. Kemiskinan telah membuatnya bisa memanfaatkan Kain Sarung menjadi
sesuatu yang luar biasa. Dahlan kecil sudah
biasa dengan CUCI KERING. Maksudnya cuci dan tungguin hingga kering. Kalau lagi
mencuci baju, sarung bisa dikemulkan pada badan atasnya. Kalau lagi mencuci
celana, sarung bisa dijadikan bawahan. Kalau lagi cari sisa-sisa panen kedelai
sawah tetangga, sarung itu bisa
dijadikan karung. Kalau perut lagi lapar dan dirumah tidak ada makanan, sarung
bisa diikatkan erat-erat dipinggang jadilah dia pengganjal perut yang bersahabat.
Kalau mau sholat jadilah dia benda yang penting untuk menghadap Tuhan. Kalau
lagi kedinginan, jadilah dia selimut. Kalau sarung itu sobek masih bisa
dijahit. Kalau ditempat jahitan itu robek lagi, masih bisa ditambal. Kalau
tambalanya pun robek, sarung itu belum juga akan pensiun. Masih bisa dirobek
sesuai kebutuhan. Bagian yang besar bisa digunakan sebagai sarung bantal dan
bagian yang kecil bisa dijadikan popok bayi.
Dahlan telah selesai dengan kemiskinannya. Pengalaman
telah memberinya segalanya, yakni keyakinan. Masa-masa tahun 1975 an, adalah
masa-masa kehidupan Koran, kegiatan
jurnalisme dan KORAN KAMPUS tumbuh subur. Suatu masa yang memungkinkan
“munculnya” anak-anak muda ke panggung nasional. Semua semangat menyatu di
sana, ada aroma perjuangan, aroma profesionalisme, ada uang dan ada ketenaran.
Setahun kemudian Dahlan sudah kembali ke Surabaya dan menjadi wartawan Tempo.
Ia menemukan dunianya di sana. Sejak saat itu keberhasilan demi keberhasilan
dia capai, nggak ada redupnya.
Sejatinya. Tujuan hidup manusia dapat memandu jalan
untuk menemukannya, memengaruhi perilaku, memotivasi diri, memilih arah,
bersabar dan memperkuat kemampuan diri. Tujuan hidup akan semakin bermakna
kalau kita juga bisa mengetahui kekuatan alami yang kita punya. Kekuatan yang
berupa bakat bawaan. Sayangnya, baik bakat bawaan maupun Tujuan Hidup jarang
sekali jadi pertimbangan utama dalam usaha manusia. Malah banyak yang abai akan
hal itu dan cenderung berpikir “bagaimana Nantinya sajalah”. Bagi sebagian
orang, tujuan hidup terhubung dengan panggilan hati, pekerjaan yang dia senangi,
serta sesuai dengan bakat bawaannya. Tentu saja hasilnya akan berbeda serta memungkinkannya memperoleh hasil yang
membuat dia bisa bertahan dan berkembang. Karena ia merasa diberikan kehidupan
yang berkecukupan hanya dengan berbuat sesuatu yang ia senangi. Ia tidak pernah
merasa bosan tetapi sebaliknya menikmati pekerjaannya sepenuh hati.
Dalam kehidupan, ada baiknya anda melihat Tujuan Hidup dari sisi
Prinsip Pareto. Maksudnya hukum Pareto, banyak orang yakin adanya hubungan sebab
akibat yang sangat erat antara hukum tersebut dengan kehidupan manusia. Pareto
sendiri yakin bahwa konsep 80/20 bisa menjadi sebuah nilai hidup bagi manusia.
Sebagai ilustrasi, percayakah anda bahwa 80% dari kesuksesan yang telah atau
akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha Anda selama ini. Artinya
adalah ada 20% dari tindakan dan pemikiran dalam HIDUP KITA yang harus lebih
dioptimalkan lagi untuk mendapatkan 80% keberhasilan. Ada 20% dari waktu dalam
hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan, karena dari 20% waktu itulah
tersembunyi 80% kesuksesan dalam hidup kita.
Secara sederhana, Hukum Pareto mengajak kita untuk lebih
mempertajam intuisi dan mencari 20% usaha tersebut. Bayangkan efektifitas
waktu, tenaga, fikiran yang bisa kita peroleh jika kita berhasil menemukan 20%
sebab tersebut. Kemudian kita bisa memaksimalkannya untuk mencapai 80%
kesuksesan dalam Tujuan Hidup kita. Yah… Begitu Saja Dahulu.
Kisah
lain yang juga lulus dengan Kumlaud dari “jebakan Kemiskinan” itu adalah Bahlil
Lahadalia. Kini siapa yang tidak kenal Bahlil Lahadalia, SE., terlebih lagi
setelah ia dilantik menjadi Menteri Investasi/Kepala BKPM oleh Presiden Jokowi
pada 28 April 2021. Menteri dengan harta 300 Milyar. Sungguh sebuah pencapaian
yang tidak mudah. Kalau tahu jalan hidupnya maka anda akan lebih kagum lagi
pada sosok orang muda ini. Bahlil Lahadilia lahir di Banda, Maluku pada 7
Agustus 1976. Ia anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Lahadalia dan
Nurdjani. Bahlil kecil menghabiskan masa sekolah dasar hingga pendidikan tinggi
di wilayah timur. Ia menempuh sekolah dasar di SD Negeri 1 Seram Timur,
kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah pertama di SMP Negeri 1 juga di Seram Timur, Maluku. Kemudian keluarganya
pindah ke Fak-Fak, Papua Barat. Bahlil kemudian
melanjutkan pendidikan di SMEA YAPIS Fakfak, Papua Barat.
Baca Juga : Mau Jadi Blogger Sukses : Coba Cara Blogger Top Ini
Pemuda
yang memasuki masa remaja di Fakfak
Papua ini justeru datang dari keluarga biasa
yang sangat bersahaja. Bapaknya adalah seorang kuli bangunan dan ibunya
ikut membantu keluarga dengan bekerja sebagai pembuat kue-kue jajanan,
sekaligus sebagai Tukang Cuci pakaian bagi beberapa tetangga di sekitar mereka.
Hal itu dilakukan untuk bisa membantu bapaknya yang bekerja sebagai buruh atau kuli bangunan dengan gaji saat itu
Rp 7.500/hari setara dengan Rp 100.000. saat ini.
Jadi
keluarga dengan 8 orang bersaudara ini, awalnya 9, salah satu meninggal dunia,
Bahlil adalah anak kedua. Jadi kondisinya memang sejak SD itu kalau mau sekolah, ya harus bantu cari duit atau
cari duit sendiri. Jadi dia jadi penjual kue, menjajakan kue dari apa yang
mamahnya buat. Kita juga pasti paham,
bahwa setiap anggota keluarga ini secara tidak langsung pasti telah berparti
sipasi dan memberikan kontribusinya masing-masing. Bisa jadi tidak ada
pembagian tugas secara tegas, tetapi semua mengambil peran sesuai kebutuhan.
Ada yang ikut strika, ada juga yang ambil jemuran atau ada juga jajakan jualan
dst dst. Keluarga kecil itu telah dibimbing oleh alam kemiskinan itu untuk bisa
mengatasi masalah mereka sendiri. Persoalan kehidupan itu telah mampu membuat
mereka lebih solid, lebih bekerja sama.
Ketika
SMP, karena memang kondisi keuangan orang tua yang masih susah, dia masih
harus bekerja jadi kondektur angkot. Jadi jualan ikan di pasar. Ikutan
sebagai tenaga bantu excavator proyek, pada saat musim libur sekolah. Malah
ketika di SMEA, dia sudah punya SIM dan bisa jadi jadi sopir angkot.
Bisa
dibayangkan bagaimana ia bisa keluar dari Fak-Fak untuk melanjutkan pendidikan?
Ini adalah tipikal masalah bagi remaja Kampung yang ingin melanjutkan
pendidikan tetapi tidak punya uang dan saudara di Kota tempat pendidikan itu
berada. Sesungguhnya, dari caranya hidup selama ini, sebenarnya dia sudah memiliki
ketrampilan “cara hidup” di Kotanya, yakni kota Fakfak. Dihatinya dia sudah
sangat PD ( percaya diri) bahwa sebenarnya dengan “ketrampilan” dan pengalaman
hidup yang telah dipunyainya selama ini dia akan mampu hidup di Kota mana
sajapun. Masalahnya dia lagi ngggak punya biaya untuk sekedar transportasi dan
biaya pendaftaran untuk Kuliah. Tapi itupun dia percaya bisa mendapatkannya,
itu sudah pasti. Masalahnya belum ketemu saja.
Waktu itu dia putuskan berangkat
ke Jayapura karena melihat teman-teman seangkatan nya pergi kuliah. Dia tahu,
sebab teman-temannya memang sudah dari jauh jauh hari mempersiapkannya. Tetapi
melihat teman-temannya pada berangkat. Dia lalu tertantang, kalau mereka bisa
dan berani kenapa saya tidak? Dengan semangat seperti itulah Bahlil muda
berangkat ke Jayapura. Soal nanti seperti apa? Ya bagaimana nantinya sajalah. Bahlil
muda memilih berangkat ke Jayapura, karena pilihan itulah yang paling
realistis. Keluarganya memang tahu kalau ia ke Jayapura tetapi hanya sebatas
sebagai perantau bukan untuk Kuliah. Bahlil muda berangkat ke Jayapura. Saat
itu dia hanya membawa ijazah, baju juga cuma punya tiga stel, ditambah SIM
(Surat Izin Mengemudi). Dia berangkat tanpa Koper atau Tas, yang ada hanya
KANTONG KRESEK. Dia naik Kapal Perintis, dari Fakfak ke Jayapura. Waktu itu
lama perjalanan diperlukan waktu dua minggu baru tiba ke Jayapura, naik Kapal
Perintis kan kondisinya juga sangat berbeda. Penumpang campur dengan
kambing-kambing, kayu, keladi, sayur mayur dll semua campur baur. Kapal Perintis saat itu memang demikian
kondisinya. Tapi ya senang saja.
Bahlil
ahirnya mendaftarkan diri ke perguruan tinggi Swasta. Di Akademi Keuangan dan
Perbankan (Akubank) kini menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Port
Numbay, Jayapura. Kehidupan baru pun harus dimulai. Alhamdulillah di dekat
asrama ada Pasar. Pasar itu posisinya agak di dalam sekitar 70-100 meteran dari
pinggir jalan. Jadi setiap jam 5 subuh dia sudah bangun lengkap dengan grobak,
sebagai porter belanjaan. Yakni membawakan belanjaan para pengunjung pasar
hingga ke pinggir jalan ke tempat angkot lalu lalang. Lumayan dari satu orang
biasanya bisa dapat 200-250 rupiah. Pada hari berikutnya dia juga sudah siap
dengan dagangan Koran lokal atau Koran Jakarta yang hari kemarin. Jual Koran juga
ternyata menarik, minimal bisa beli makan sarapan hingga makan siang, bahkan
kalau lagi untung kisa dapat sampai beli makan malam. Bahlil muda sudah bisa
melihat peluang itu, memang tidak mudah tetapi jalannya sudah ada. Bahwa
hasilnya tidak seberapa, tidak masalah.
Bahwa jalan seperti itu berat ya..benar benar berat..tapi ada jalan
keluarnya.
Pengalaman
hiduplah yang membuat ia bisa berintegrasi dengan lingkungannya. Masa-masa itu
adalah tahun-tahun 97-98, dimana pemerintah Orde Baru mengalami keterpurukan
ekonomi yang parah. Demonstrasi ada dimana-mana yang menuntu perbaikan. Bahlil
muda terpanggil, ikut demo, disamping tetap cari makan sendiri dan biayai
kuliah. Pada semester ke lima, Bahlil muda malah suda terpilih jadi Ketua Senat
Mahasiswa. Pergerakan mereka ini bisa dikatagorikan masuk pada Angkatan 66.
Menurut Bahlil mereka termasuk angkatan 66 di Jayapura. Jadi kalau disebut
angkatan 66 Jayapura, ya mereka inilah pelakunya. Semester 5 Bahlil sudah jadi ketua senat,
setelah itu semester 6 dia mulai berpikir bahwa dia harus menghentikan
kemiskinan ini. Waktu itu tekad nya mengatakan begini, kemiskinan harus distop.
Kemiskinan ini paling tidak baik. Masih tahun itu juga, dia bersama-sama kawan
kawannya mendirikan perusahaan keuangan berbasis IT., dia jadi Direkturnya
dengan gaji bulanan 35 juta/bulan. Nggak kebayangkan? Tapi tiulah Bahlil muda,
sejak saat itu dia terus membangun bisnisnya dan merambah keberbagai bidang.
Nggak ada hambatannya.